Rabu, 22 Juni 2022

Short Trip Pagar Alam Vol. 2

 Mendung, Hujan, dan Kabut 




Lepas sarapan di pesantren dan pamit pada tuan rumah, kami melanjutkan perjalanan ke kota Pagar Alam. Menurut Ica, masih setengah jam lagi. Perjalanan menuju ke sana, sangat menyenangkan. Sejauh mata memandang hijau semua. Pohon yang menjulang, hutan, dan kebun kopi. Mulut ini tak henti-hentinya bersyukur. Jika melewati rumah penduduk, banyak yang sudah termodernisasi tapi ada juga yang bertahan dengan keaslian rumah. Beberapa rumah di berbagai desa yang kami lewati masih mempertahankan keaslian rumah mereka. Warisan budaya. Bahkan ada rumah yang masih jelas ada ukiran di dinding luar rumahnya. Tinggi sekali itu nilai budayanya. Keren. Pengen mampir tapi tidak kenal. Mana kita juga ngikut orang yak, jadi nikmatin saja deh. Selain itu di papan petunjuk jalan ada banyak petunjuk ke situs megalitikum lagi. Duh, jadi mupeng kan pengen wisata sejarah. Jaka elu harus balik lagi.


Tujuan yang pertama kami adalah rumah teman Adit, yang semalam gagal kita tempati. Di sana agak lama. Mana tiba-tiba hujan lagi. Kirain ada apa begitu, ternyata tok cuma mampir. Kalau tahu begitu sebentar saja di sana. Serasa lebaran. Hehe...

Sekira pukul 09.07 kami pamit. Masih kondisi gerimis. Kami menuju air terjun Tuju Kenangan. Air terjun inilah yang dipresentasikan oleh Puteri Sumsel untuk nasional kostumnya di ajang Puteri Indonesia 2022 kemarin. Sayang sih perwakilan Sumsel ini tidak dapat selempang apapun. Bahkan di motion challenge terbata-bata. Mana tidak ada satupun portal peagant yang menjagokan. Lah, kok curhat. 


Sebelum menuju lokasi, mumpung ketemu bengkel, kami memutuskan untuk menambal ban yang bocor semalam. Dan untuk itu kami harus menunggu lama kembali. Soalnya harus beli ban dalam dulu. Kayaknya sih begitu yang saya tangkap. Dengan mengajak mamang bengkelnya, berangkatlah Fatu, Adit, dan Tari menuju bengkel yang lebih besar. Soalnya di sini tidak ada alatnya. Rasa-rasanya begitu. Lagi-lagi saya tidak paham.


Sambil menunggu, saya dan yang lain makan bakso dulu, yang kebetulan bersebelahan dengan bengkel. Bakso habis mereka belum juga datang. Saya malah sempat-sempatnya tertidur. Jam 10 lewat akhirnya selesai dan kita melanjutkan perjalanan.


Tujuan kami adalah Air Terjun Tuju Kenangan yang berada di kawasan wisata Dempo. Begitu masuk gerbang kawasan wisata Dempo kita tinggal lurus saja. Ikutin saja jalannya. Jalannya memang agak curam, berbelok dan tanjakkan. Jadi harus hati-hati. Tidak jauh kok dan mudah diakses. Ada plang besar yang menunjukkan lokasi air terjun.


Kami datang masih dalam kondisi hujan. Dan itu tidak menjadi halangan bagi kami untuk tidak ke lokasi. Terpaksa hujan-hujanan. Dari tempat parkir menuju air terjun sekitar 500 meter. Pertama kita akan menanjak terlebih dahulu. Lalu dapat bonus sedikit melewati kebun kopi. Sekitar 30 meter, turunan dan langsung menuju lokasi. Karena hujan kami sangat berhati-hati. Jalanan licin. Tapi tenang, ada tali dan batang bambu kok yang dibuat sedemikian rupa sebagai pegangan. Jalan tanahnya juga berundak-undak dibuat tangga, insya Allah memudahkan sekali. 


Air terjun terlihat di depan mata. Sepi. Jelaslah, siapa yang mau datang hujan-hujan begini. Karena kami sudah kadung jauh datang maka hujan bukan halangan. Cuaca dingin, air dingin. Klop. Beberapa teman sampai tremor. Fatu paling kasihan melihatnya. Ya Ampun, saya sampai khawatir. Perjalanan kami bergantung padanya. Ketika saya tanya apakah baik-baik saja, dia jawab tidak apa-apa. Masih kuat. Oke. Saya percaya.


Kita sempat foto-foto di sana. Ponsel saya sampai basah. Sudah kepalang tangung. Beruntungnya tak lama hujan berhenti. Bebatuan jadi licin. Harus ekstra hati-hati. Jam 12 kita undur diri dari sana. Selama di air terjun, hanya kita saja pengunjungnya. Tidak ada satupun pengunjung lain yang hadir. Serasa milik pribadi. 

Kenapa dinamakan air terjun Tuju Kenangan? Karena kalau kita datang ke sana maka akan tercipta kenangan yang akan selalu membekas. Apakah kenangan kami di sana membekas? Tentu saja. Sayangnya kami tidak bisa melihat kupu-kupu di sekitar sana karena hujan. Kabarnya kalau cuaca bagus kita bisa melihat banyak kupu-kupu beterbangan di sana. Mungkin lain kali. Bisa jadi. Dengan rombongan yang berbeda, mungkin. 


Setelah ganti baju, perjalanan dilanjutkan menuju Tugu Rimau, Gunung Dempo.



Pulau Harapan, 31 Mei 2022



Funfact : Saat sedang asyik berfoto, tiba-tiba kita semua panik. Mutia jatuh. Dia merosot mengikuti arus air karena hilang keseimbangan saat duduk di batu. Beruntung dia merosot dekat Tari jadi sempat dipegang. Kita panik. Terutama saya, apa yang harus saya jelaskan ke Ayahnya kalau terjadi apa-apa dengan anaknya. Saya yang minta izin ke ayahnya agar Mutia diizinkan ikut. Saat kita semua panik, Mutia malah ketawa. Seru, katanya. Tadi sempat direkam gak, Kak? ujarnya pada saya yang memang baru saja memotret mereka. Edan ini bocah. Tidak ada kapok-kapoknya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar