Kamis, 09 Januari 2020

Perjalanan Apa Ini? (Vol. 2)

Perjalanan Apa Ini? (Vol. 2)
Indahnya Pemandangan Kiri Kanan

Di dalam bis sepanjang perjalanan menuju desa wisata Sungsang nampak raut wajah-wajah antusias para emak-emak. Saya berusaha menikmati perjalanan di tengah riuhnya suara emak-emak berceloteh tiada henti dan tiada arti.

Biasalah ya sampai di Sukamoro dan sekitarnya macet melanda. Laju bis mulai melambat. Beruntungnya kita lewat jalan Mega Asri lalu tembus ke arah Talang Jambe jadi sedikit terhindar dari macet.

Talang Jambe merupakan wilayah Palembang berbatasan dengan wilayah Banyuasin. Dari jalan pintas ini akan menuju jalan raya, tepat di tugu perbatasan wilayah Palembang - Banyuasin. Setelah menuju jalan raya, bus melaju dengan aman menelusuri wilayah yang termasuk kecamatan sembawa.

Di sisi kanan kiri jalan ada banyak hutan rawa yang ditumbuhi pohon gelam. Beberapa kali perkebunan kelapa sawit. Beberapa pabrik. Pemandangan mulai menyejukkan mata saat memasuki wilayah kecamatan Tungkal Ilir. Sejauh mata memandang adalah padi hijau terhampar. Sesekali memang ada rumah warga. Adem banget mata melihat hijaunya sawah. Padahal dua bulan lalu, ketika saya ke sana, lahan-lahan itu masih ditanami jagung.



Saya menikmati perjalanan dengan kiri kanan sawah begini terakhir saat naik kereta api dari Jakarta menuju Solo. Suka sekali dengan pemandangan ini. Beruntungnya lagi di perbatasan kecamatan, ada beberapa lahan kosong yang belum diapa-apakan oleh pemiliknya didatangi kawanan burung-burung berwarna putih sedang mencari makan di sana. Banyak sekali burung-burungnya. Di daerah saya nama burung ini agak jorok. Jadi saya tidak berani menyebut namanya di sini. Makanan mereka adalah ikan-ikan kecil. Dan memang lahan-lahan kosong itu terisi air dangkal yang pasti ada ikannya.

Lepas dari sana, masuk ke desa Sri Tiga, kalau tadi kita dihidangkan oleh pemandangan padi yang menghijau, sekarang kiri kanan jalan kita disajikan dengan pemandangan pohon kelapa berjejer sepanjang jalan. Memang daerah ini dikenal sebagai penghasil kopra terbesar di Banyuasin. Jadi wajarlah jika sejauh mata memandang banyak sekali pohon kelapa. Tak jarang di belakang rumah warga juga kita jumpai banyak sekali batok kelapa yang bertebaran.



Jadi perjalanan tiga jam menuju Sungsang akan tidak terasa jauh oleh pemandangan yang ditemui sepanjang jalan. Sesampai di simpang dua, jalur kiri itu menuju pelabuhan Tanjung Siapi-api. Sedang kita lurus saja. Tenang ada plang petunjuk jalan kok. Jadi amanlah tidak akan tersesat.

Ketika akan memasuki desa Sungsang jalanannya sangat bagus sekali sebab baru sudah di aspal. Beda jauh dengan jalan menuju ke sini. Tahulah ya bagaimana jalan daerah Banyuasin. Banyak bolong dimana-mana. Tidak di wilayah darat maupun daerah perairan.

Kami sampai di Sungsang pukul 10.00 disambut mendung di langit sana. Bis dan mobil hanya bisa parkir di depan tidak bisa masuk ke dalam sana. Jadi akses ke sana bisa dengan jalan kaki atau naik becak. Kalau pergi dengan menggunakan motor bisalah kita masuk ke areal jalan yang lumayan padat itu.

Dan, selamat datang di desa wisata Sungsang, desa perairan pinggir sungai Musi, desa penghasil pangan laut terbesar di Banyuasin.

Pulau Harapan, 01-09 Januari 2020