Sabtu, 21 September 2019

Cara Allah Mengabulkan Doa Hamba-Nya


Cara Allah Mengabulkan Doa Hamba-Nya


Allah selalu punya cara untuk mengabulkan setiap doa hamba-Nya. Tempat dan waktunya juga pas. Allah tahu apa yang kita butuhkan bukan sekedar apa yang kita inginkan. Tahu kan kata-kata itu. Hanya kadang kita sebagai manusia selalu tidak bersyukur. Merasa Allah tidak adil dalam mengurus hidup kita.

Dari dulu sekali saya selalu berdoa pada Allah agar bisa kembali bersahabat baik dengannya. Akrab macam dulu. Bercengkrama dan bercerita bagai hari-hari lalu. Tapi Allah tidak jua mengabulkan doa itu.

Saya revisi doanya, nggak papa deh nggak akrab macam dulu tapi kita bisalah saling sapa kalau ketemu. Masih bisa berbagi cerita walau sejenak. Layaknya teman biasa. Dan kembali Allah membiarkan saya dan dia macam orang tak kenal dan musuhan setiap jumpa.

Doa kembali saya revisi. Ya Allah, nggak papa deh kita nggak akrab lagi. Nggak papa juga nggak bisa cerita macam dulu lagi tapi please izinkan saya bisa tegur sapa saja walau cuma selintas doang. Dan Allah tetap tidak mengabulkan doa itu. Bertahun-tahun saya doa gitu. Sampai akhirnya nyerah juga. Nyerah di sini bukan berarti selesai. Tawakal saja begitu. Menikmati qodarnya Allah untuk hidup saya. Walau kadang kalau teringat ingin dekat lagi. Doa lagi.

Duh, kenapa susah amat ya mau bersahabat lagi macam dulu. Kok ya kesalahan saya dulu pada dia seperti tak termaafkan. Oke, saya memang salah tapi kan tidak begini juga. Saya sebenarnya cuma ingin bahagiakan dia saja. Tidak lebih kok. Cuma memang cara saya yang salah. Maklum ketika itu masih labil banget. Kelas 1 SMA semester awal dan dia masih SMP walau kami seumuran. Maka ketika ketahuan saya mengkhianati dia, saya jadi goblok sendiri. Merana sendiri kehilangan sahabat sejati. Untuk masalahnya apa mohon maaf tidak bisa cerita. Intinya saya salah sama dia.

Dia itu tipe teman yang polos banget. Iya aja apa kata teman. Nurut saja dibohongin. Pokoknya tipe teman sejati banget. Nggak bakal dia mengkhianati yang ada dia yang dikhianati. Saya salah satu yang mengkhianati dia dan mendustainya. Duh, Gusti.... Ampuni hamba.

Makanya saat saya dan dia tidak lagi berteman gara-gara pengkhianatan saya itu, saya nelangsa banget. Tidak enak sekali kehilangan teman yang sudah kita anggap teman sejati. Parah. Ngilu. Nyessss.... Di hati kayak diiris sembilu, lalu disiram pake air garam ditambah lagi dengan air asam lalu ditumpahkan air es. Sampai ke ulu hati sakitnya.

Bertahun-tahun saya doa. Minta biar bisa temanan lagi. Tapi Allah memang belum mau mengabulkan doa saya. Hingga akhirnya di tahun 2018, Alhamdulillah, Allah mengabulkan doa saya. Saya bertegur sapa kembali setelah kurang lebih 16 tahun tidak pernah bertegur sapa walau saya suka main ke rumahnya. Soalnya adiknya berteman baik dengan saya. Mengalir begitu saja. Bahkan saat itu ia mengantar saya pulang ke rumah dengan motor tetangganya.

Allah punya rencana terbaik. Allah mengabulkan doa disaat yang tepat. Disaat kami sama-sama ingin terus memperbaiki diri. Dia di masa awal-awal hijrah saat kami teguran kembali. Ah, dia dulu mah urakan banget. Cita-citanya saja mau jadi preman. Preman kok dijadikan cita-cita.

Dan tadi sore kita cerita banyak sembari dia istirahat kerja. Tidak ungkit masa lalu tapi bicara masa depan. Tidak ada lagi mengungkit luka lama tapi mengobati rasa rindu.

Dan ingatlah teman, ketika Allah mengabulkan doa kita maka Allah mengabulkannya hingga tuntas. Seperti saya. Dan memang harus ekstra sabar. Orang sabar berakhir bahagia. Maka doa saya saat ini, biar bisa kembali bersama di surga. Berkumpul lagi merajut ukhuwah yang sempat tertinggal.

You are best friend. Best friend forever, gitu kan istilah kita dulu.

Untuk Julianto.

#flpsumsel #WAGflpsumselmenulis #lampauibatasmu

Pulau Harapan, 21092019