Kamis, 28 April 2022

Dia yang Ingin Kusebut Adik

Dia yang Ingin Kusebut Adik 
Jaka Ferikusuma 


 Dulu sekali, entah beberapa tahun lalu, saya pernah bilang ke diri sendiri ketika usai diajaknya naik motor saat pergi jum'atan ke masjid, kayaknya seru deh kalau temenan sama dia.Setelah itu ucapan tersebut menguap begitu saja. Sebab kalau ketemu dia paling cuma senyum doang. 


 Dipengujung tahun 2021, Allah beri kesempatan untuk berinteraksi lebih banyak dengannya. Bermula dari selfie bersama ketika rapat karang taruna. Entah mengapa malam itu dia mau-mau saja diajak selfie. Lalu lanjut jadi panitia turnamen bola, sekarang berdua mengurus lomba di masjid dimana kami menjadi pengurusnya. Semudah itu jika Allah menghendaki hamba-Nya menjadi dekat.
Saya tahu sedikit tentangnya dari beberapa temannya yang memang dekat dengan saya. Saya shock awal tahu dia begini, dia begitu. Tidak menyangka. Saya pikir dia "aman-aman" saja. Namun ternyata dia sedang tidak nyaman dahulunya. 


 Sekarang? Dia sudah jauh berubah. Dia menjadi pribadi yang lebih baik. Buktinya, saya malah kalah shalih dibanding dia. Pas bukber kemarin, ketika saya asyik menyuap nasi, dia malah ke masjid terdekat untuk shalat maghrib setelah meminum beberapa teguk air sekadar membatalkan puasanya.
Saya selalu mendoakan, menyebut namanya dalam doa, agar kebaikan terus menyelimutinya. Agar dia istiqamah di jalan kebaikan ini. Saya bahagia akhirnya menjadi satu circle bersamanya. Karena jujur saya tidak pernah terpikir akan menjadi seperti ini. Dia sekeren itu ternyata. Dia bangkit dari sisi buruknya. Memang saya tidak banyak tahu tentang dia, hanya dari cerita-cerita saja. Saya tidak berani mengorek-ngorek masa lalu orang kecuali dia sendiri yang cerita. Kepo amat saya sama kehidupan orang. 


Kedekatan kami ini, apalagi di bulan Ramadhan yang mulia ini, apakah adalah jawaban dari ucapan saya yang pernah bilang ingin temanan dengannya? Bisa jadi. Bukankah ucapan adalah doa. Allah, jaga ukhuwah kami. 

 
Pulau Harapan, 22 April 2022 
Kepada Fatu Alam.