Rabu, 29 Juli 2020

Tradisi Iduladha di Indonesia

Tradisi Iduladha di Indonesia
Jaka Ferikusuma
 


Iduladha sering di sebut juga dengan hari raya kurban atau hari raya haji. Disebut hari raya kurban karena iduladha merupakan momentum dalam memperingati peristiwa bersejarah yaitu pengorbanan Nabi Ibrahim untuk menyembelih anaknya sediri, Ismail atas perintah Allah.

Disebut hari raya haji karena iduladha bertepatan dengan umat Muslim dalam menunaikan rukun Islam yang ke lima, naik haji bagi yang mampu.

Di setiap negara punya tradisi masing-masing dalam merayakan iduladha. Contohnya Pakistan. Di Pakistan ada tradisi memandikan hewan kurban sebelum disembelih. Selain dimandikan hewan-hewan kurban tersebut juga akan dihias dengan bunga-bungaan. Selain itu iduladha di Pakistan sangat terasa sekali karena dirayakan selama 4 hari. Selama 4 hari semua toko harus ditutup dan menjadi hari libur nasional. Seru kan?

Bagaimana di Indonesia? Di Indonesia sendiri ada beberapa tradisi iduladha yang cukup unik. Apa saja? Berikut tradisi iduladha yang ada di Indonesia yang berhasil penulis kutip dari berbagai sumber.

1. Kaul dan Abda'u



Di timur Indonesia tepatnya di Kota Ambon, pemuka agama akan mengendong kambing yang ingin dikurbankan. Tradisi ini dinamakan Kaul dan Abda'u. Kambing biasanya akan dibawa dengan kain layaknya bayi dan diarak mengelilingi pemukiman warga, sebelum dibawa ketempat eksekusi hewan kurban. Zikir dan shalawat dikumandangkan selama perjalanan. Tradisi ini ini dilakukan setelah shalat Idula Adha dan dilakukan di daerah-daerah di Maluku Tengah.

2. Mepe Kasur



Tradisi ini dirayakan oleh warga muslim di Banyuwangi. Tradisi ini dilakukan dengan menjemur kasur rumah dan memukul-mukul kasur tersebut. Tradisi ini menjadi pengingat untuk warga tentang kebersihan kasur, agar terhindar dari penyakit dan debu. Tradisi ini dilakukan warga menjelang iduladha.

3. Grebeg Gunungan 



Tradisi satu ini dirayakan oleh warga muslim di Yogyakarta. Hampir mirip dengan tradisi Apitan, warga muslim Jogja akan mengarak hasil bumi dari halaman Keraton sampai Masjid Gede Kauman. Hal yang diarak berupa tiga buah gunungan hasil bumi Yogyakarta.

4. Manten Sapi



Saat Idul Adha, tradisi ini akan dilakukan oleh orang Pasuruan. Dalam rangka menghormati hewan kurban yang akan disembelih, warga Pasuruan akan mendandani hewan kurban terlebih dahulu. Bunga tujuh rupa dengan bermacam pernak-pernik berwarna-warni akan dikenakan ke hewan kurban sebelum diarak keliling kota.

5. Apitan



Tradisi khas dari Semarang dalam merayakan Idul Adha. Dalam tradisi ini, warga Semarang akan mengarak hasil-hasil panen dari daerahnya mengintari seluruh kota. Memakan nasi tumpeng beramai-ramai menjadi puncak acara dari tradisi ini.

Sebenarnya masih banyak lagi tradisi iduladha yang tersebar di bumi Nusantara ini. Hanya saja, banyak yang tidak terekspos secara nasional. Di desa saya saja misalnya, iduladha bukan hanya pasal menyembelih hewan kurban lalu selesai. Di desa saya perayaan iduladha sama seperti Idulfitri. Sama persis. Orang-orang tetap masak ketupat berikut opor, rendang, atau malbi sebagai  temannya. Tetap ada tradisi mengunjungi rumah-rumah tetangga. Tetap ada kue-kue. Jika ketupat habis, besoknya tuan rumah bisa membuat tekwan, model, pempek, ataupun bakso untuk dihidangkan kepada tamu yang bertandang ke rumah mereka. 

Hebatnya di desa saya, lebaran haji terjadi selama 7 hari. Jadi selama 7 hari itu kita bisa silaturahmi ke tetangga-tetamgga satu desa. Makanya di desa kami, Pulau Harapan, mau iduladha maupun idulfitri tetap sama perayaannya. Tetap meriah. Namanya juga hari raya.

Lalu bagaimana tradisi lebaran iduladha di tempatmu?



Pulau Harapan, 29 Agustus 2020

Sabtu, 11 Juli 2020

Polemik Baru Bagi Laut; Sampah Masker


Polemik Baru Bagi Laut; Sampah Masker

Jaka Ferikusuma



Sampah selalu menjadi polemik di mana saja. Kapan saja. Sampah apa saja. Seakan permasalahan sampah ini tidak pernah habis. Dan tahukah kamu sampah terbaru apa yang kini menjadi polemik dan masalah? Masker. Ya, masker. Penggunaan masker secara masif saat ini menjadi permasalahan baru dalam dunia persampahan.

Karena pengaruh Covid-19 ini, penggunaan masker sangat meningkat drastis. Setiap orang dalam setiap harinya bisa dipastikan menggunakan masker saat bepergian kemana saja. Masker sekarang sudah menjadi kebutuhan bagi setiap manusia.

Melansir dari detik.com, pada Februari lalu OceanAsia memposting puluhan foto masker medis dari pantai-pantai Hong Kong. Kondisi ini makin buruk dari hari ke harinya. Co-founder OceanAsia, Gery Stokes, mengungkapkan kekhawatirannya bahwa sampah masker ini dapat termakan oleh hewan laut dan itu menambah daftar panjang hewan laut yang mati karena makan sampah.



Tak hanya di Hongkong, Organisasi konservasi, Clean This Beach Up di Amerika Serikat juga mengecam sampah  masker dan sarung tangan yang berakhir sampai ke lautan. Warna-warna cerah sarung tangan lateks dan masker sering disalah artikan oleh binatang-binatang laut seperti kura-kura, burung laut, dan binatang lainnya sebagai makanan. Ini menjadi masalah  serius bagi kesehatan binatang-binatang tersebut.

Sebelum pandemi Covid-19 ini mewabah di seluruh dunia, banyak aktivis lingkungan dari seluruh dunia sudah memperingatkan terkait ancaman pada kehidupan laut akibat dari meroketnya penggunaan plastik di seluruh dunia. Badan lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan bahwa 13 juta ton sampah plastik yang masuk ke laut setiap tahunnya. Ditambah dengan kondisi pandemi saat ini, penggunaan masker sekali pakai menambah daftar panjang persoalan tersebut.

Di Prancis sendiri, melansir dari suara.com, telah memesan 2 milyar masker medis sekali pakai dalam masa pandemi Covid-19 ini. Menurut Laurent Lombart dari Operation mer Propre, mengetahui hal itu kita akan segera dihadapkan pada keadaan lebih banyak sampah masker dibanding ubur-ubur di lautan.

Bagaimana dengan di Indonesia sendiri?

Mengutip dari Kumparan.com, menuju era new normal, tentu pemakaian alat pelindung diri (APD) akan semakin meningkat. Sebagaimana tercantum dalam protokol kesehatan di seluruh negara, masker termasuk benda wajib dalam upaya pencegahan penularan COVID-19, penyakit yang disebabkan virus corona SAR-CoV-2.

Tetapi, regulasi pengelolaan sampah medis masih belum dibarengi sanksi penegakan hukum yang ketat. Imbasnya, sampah masker dan sarung tangan lateks tersebar di lautan, pantai, termasuk selokan air. Sejumlah organisasi lingkungan menyuarakan keprihatinan mereka atas kondisi ini.


Sampah yang membanjiri lautan tersebut biasanya terdiri dari masker wajah sekali pakai, sarung tangan lateks, botol bekas hand sanitizer, dan barang-barang APD yang tidak dapat didaur ulang.

Memang belum ada data resmi terkait sampah masker yang ada di Indonesia. Tapi setidaknya, hal ini tidak bisa dianggap remeh, apalagi mengingat tingkat kesadaran orang Indonesia terhadap masalah sampah sangat rendah sekali. Sampah plastik saja masih bertebaran di mana-mana, baik darat maupun lautan. Ada baiknya, agar laut dan pantai kita tidak tercemar sampah masker dan APD lainnya, maka bisa kita mulai dari diri kita sendiri terlebih dahulu untuk membuang sampah bekas masker yang kita pakai pada tempatnya untuk terjaganya laut kita agar senantiasa biru.


(Dikutip dari detik.com, suara.com, dan kumparan.com)


Pulau Harapan, 11 Juli 2020

#WAGFLPSumselMenulis
#lampauibatasmu

Artikel ini ditulis sebagai tugas dan dalam rangka Hari Kelautan Nasional yang jatuh pada tanggal 2 Juli setiap tahunnya.