Kamis, 08 Agustus 2019

Jauh-jauh Ngemsi untuk Talk Show Kepenulisan "Memperpanjang Usia dengan Menulis" bersama Umi Laila Sari di Prabumulih

Ahad pagi (28 Juli 2019) sebelum acara talk show dimulai seluruh peserta dan sebagian panitia jalan-jalan pagi dulu di Taman Ria komplek Pertamina EP Prabumulih dan dilanjutkan dengan sarapan nasi uduk. Tapi sebelum itu saya dan Fathir menjemput peserta dulu di rumah kak Fajar. Lagi-lagi ada baba ranjang yang lewat. Sayang sudah ditengah. Jadi tidak bisa menghitung gerbongnya.

Jam 09.00 acara dimulai. Saya didapuk menjadi pembawa acara. Acara dibuka oleh bapak Imam Maulana perwakilan dari Pertamina EP Prabumulih. Sebelum talk show dimulai juga ada penampilan puisi spektakuler dari saya dan Hida Syifa. Berbakat sekali saya ya! Ngemsi oke baca puisi bisa. ( Memuji diri sendiri kapang pun perlu) :)

Ini pertama kali saya memandu acara talk show. Biasa hanya ngemsi seminar saja atau sebuah pelatihan. Saya pernah loh memandu acara yang bintang tamunya adalah sutradara hebat pengasuh sanggar Ananda (lebih dikenal Lenong Bocah) yaitu Aditya Gumay. 3 hari 2 malam di Hotel Majestic, Palembang.

Menjadi MC talk show memang agak sulit sebab kita harus pintar-pintar membawa suasana agar penonton ikut larut. Pertanyaan-pertanyaan yang kita ajukan untuk pembicara pada talk show harus mewakili pertanyaan umum peserta. Tak hanya itu kita harus terus membikin peserta talk show tak jenuh dan terus fokus memperhatikan kita. Karena konsep begini harus ada kerja sama yang baik antara MC dan pembicara. Jangan sampai peserta terabaikan karena MC dan Pembicara asyik ngobrol sendiri.

Asli, saya serasa kayak jadi host di acara talk show di televisi. Berasa acara Hitam Putih tapi versi Literasi. Sesekali saya tes ombak apa penonton saya masih pada posisi mendengarkan atau malah sibuk sendiri dengan gawainya. Tidak mereka menjadi hening karena memang fokus pada ketampanan saya, eh, salah ding, fokus pada materi. Terlihat jelas dari panggung ada beberapa peserta yang mencatat materi di buku catatan mereka. Ada juga yang mencatat di gawainya.

Hingga pada pertanyaan pun mereka tetap antusias. Dua sesi full penanya. Diakhir acara kita foto bersama dulu. Setelahnya banyak yang minta foto sama mbak Umi selaku pembicara. Sama saya? Ah, mungkin mereka malu.

Abis beres-beres acara talk show kita menuju masjid Darussalam untuk shalat dan makan siang. Setelahnya, kita akan refreshing sejenak ke museum. Nantikan di tulisan berikutnya ya!

Pulau Harapan, 29 Juli - 08 Agustus 2019

Minggu, 04 Agustus 2019

Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil) Forum Lingkar Pena (FLP) di Prabumulih (2/4)



Ternyata map yang diberikan oleh panitia berpusat di masjid Darussalam komplek Pertamina EP Prabumulih bukan gedung Bina Ria 1 tempat acara berlangsung. Akhirnya kita shalat dulu di sana. Hanya saya dan Ida. Mbak Fat dan Danang sudah jamak.

Saya suka masjid ini, namanya sama dengan masjid di desa saya. Tapi soal luas dan bagusnya, jauh. Bagus masjid Darussalam yang ini. Luasnya luas sekali. Halamannya luas juga. Dan nyaman. Masjid mana sih yang tak nyaman. Perasaan setiap mampir ke masjid selalu membawa kenyamanan tersendiri deh. Wajar saja kalau masjid ini bagus, Pertamina punya. Untuk menaranya saja menghabiskan dana 1,5 milyar. Belum masjidnya yang luas itu.


Akhirnya kita dijemput panitia untuk menuju lokasi. Alhamdulillah, akhirnya kita sampai juga. Di gedung Bina Ria 1 peserta Rakorwil yang datang dari 7 cabang dan ranting yang tersebar di wilayah Sumsel sudah 80% yang hadir. Mereka tampak semangat luar biasa. Acara pembukaan segera dibuka sebelum nantinya kita akan memulai Rakorwil yang dimoderatori oleh Danang.


Sekitar jam 5, peserta sudah komplit hadir. Menjelang Maghrib acara diskorsing sampai bakda isya. Kita istirahat sejenak, shalat, dan makan malam.


Jam 20.00 acara dimulai lagi. Danang kembali memandu jalannya rapat. Cabang dan Ranting bersiap melaporkan kegiatan dan permasalahannya untuk nanti dibahas dan dicari solusi bersama. Dimulai dari FLP cabang Palembang. Lalu Empat Lawang, Ranting UIN Raden Fatah, Lahat, Ogan Ilir (OI), Ogan Komering Ulu (OKU), dan terakhir tuan rumah, FLP cabang Prabumulih. Sayang dikesempatan yang baik ini perwakilan dari Lubuk Linggau tidak bisa ikut serta.





Rapat berakhir hingga pukul 11 malam. Selama rapat seru sekali. Apa yang kami bahas tak perlu tahu ya, rahasia rumah tangga.

Panitia dan peserta bersiap untuk istirahat karena besok akan ada talk show kepenulisan bersama mbak Umi Laila Sari. Panitia dan peserta yang membawa keluarga ditempatkan di mess Pertamina. Lebih dekat biar tak repot. Sisanya ke rumah kak Fajar, ketua FLP wilayah Sumsel. Dan Danang memilih tidur ke tempat kak Fajar. Saya di mess bersama Fathir karena kamar masih sisa satu untuk panitia. (Khusus bersama Fathir akan ada cerita khusus.)

Saat mengantar panitia ke tempat kak Fajar, ada baba ranjang lewat, baba ranjang itu sebutan untuk kereta api yang membawa batu bara. Kali ini saya ikut mobil Fathir. Danang membawa peserta lainnya. Karena duduk di depan saya menghitung berapa banyak gerbong yang dibawa. Saya tidak berhasil menghitung. Kacau diurutan 70an. Diajak bicara soalnya. Mereka tidak tahu kalau saya menghitung gerbong batu bara itu. Tapi sepertinya kurang lebih 100an.

Usai mengantar peserta, saya dan Fathir kembali ke komplek Pertamina menuju mess untuk istirahat. Ah, agenda besoknya akan dimulai pukul 06.30 pagi.

Pulau Harapan, 29 Juli 2019