Senin, 25 Oktober 2021

Empat Lawang Journey : Perjalanan yang Memabukkan

Empat Lawang Journey : Perjalanan yang Memabukkan




Setelah rapat panjang, akhirnya tiba saatnya melakukan perjalanan panjang menuju bumi Empat Lawang. Empat Lawang akan menjadi tuan rumah Writing Camp FLP Sumsel. Dan saya akan menjadi salah satu pemateri dalam acara tersebut.

Jumat (151021) pukul 06.50 saya sudah bersiap menuju ke Palembang. Rencananya saya akan berangkat bersama teman-teman dari Palembang. Kami janjian bertemu di simpang empat Jakabaring. Menunggu Damri di sana, lalu berangkat ke Prabumulih. Kenapa Prabumulih? Karena kami janjian kumpul di sana. Di sana sudah menunggu teman-teman dari Prabumulih dan Ogan Ilir. Kami akan berangkat bersama.

Sampai Prabumulih, orang-orang sudah selesai shalat jumat. Kita ketemunya di komplek Pertamina. Sambil menunggu mobil menjemput, kita yang dari Palembang shalat dulu, makan, dan istirahat sebentar. Sekira pukul 14.00 kita melanjutkan perjalanan.

Baru berangkat sebentar saya sudah membuat drama. Saya kehilangan gawai alias hape. Satu mobil heboh. Haha.... Bukan Jaka namanya kalau tidak membuat kehebohan. Tapi itu hanya berlangsung 5 menit. Ternyata hape saya ada di dalam tas. Dasar tidak teliti saja sewaktu memeriksanya.

Bukan hanya itu saja tingkah saya, saat mau masuk kota Muara Enim, tiba-tiba perut saya mules. Mana saya sudah mulai mabuk perjalanan. Maka, saya mati-matian menahan untuk buang air. Untung bapak sopirnya dengan baik hati mampir sebentar di SPBU. Buang hajatlah saya di tolitenya.

Perjalanan dilanjutkan. Memasuki kota Lahat, peserta di mobil heboh dengan penampakan bukit Jempol. Mereka sibuk merekam dan memoto dari dalam mobil. Perjalanan terus berlanjut. Jalanan curam dan berliku. Untungnya, walau dalam kondisi mabuk perjalanan, kami di dalam mobil sibuk bercerita. Jadi saya merasa tenang karena tidak akan muntah.



Sampai adzan maghrib tiba, mobil kita berhenti di masjid di daerah Kikim Timur. Kami menjama' shalat di sana. Mulai dari sini penderitaan saya dimulai. Saat memasuki mobil, hari sudah gelap. Teman-teman yang ada di mobil yang semula asyik bercerita tiba-tiba hening. Dalam hati saya menggerutu, 'alamat muntah di tengah jalan ini.'

Benar saja, kepala saya tambah pusing. Perut saya sudah macam diaduk-aduk sementara perjalanan menuju Tebing Tinggi masih dua jam lagi. Ya salam....

Dalam hati saya menggerutu, berdoa, menguatkan hati, 'Jaka, kamu kuat. Kamu hebat. Tahan. Jangan muntah di dalam mobil. Nanti kalau sampai baru keluarkan semua isi perut."

Sepanjang dua jam perjalanan saya mensugesti diri saya sendiri. Kuat. Hebat. Tahan. Sambil mata sesekali melirik ke luar mobil, sudah masuk daerah Empat Lawang belum. Saat saya melihat tulisan Tebing Tinggi, saya bersorak dalam hati. Bentar lagi sampai.

Saya ribut saat, mobil melambat karena mencari hotel tempat nanti kami menginap selama di Tebing Tinggi. Ketemu. Begitu masuk parkiran hotel saya buru-buru keluar mobil dan mencari posisi paling baik untuk muntah. Saya muntah dengan sukses. Semua isi perut berhasil keluar. Saya lemas. Tapi senang, berhasil mensugesti diri sendiri untuk tidak muntah di mobil.

Sungguh, perjalanan ini melelahkan. Tapi akan terbalas dengan kegiatan selama saya berada di sini. Inilah awal perjalanan saya di kabupaten Empat Lawang.


Funfact perjalanan :

Pulang pergi kami shalat maghrib di masjid yang sama. Masjid Nurul Hidayah Desa Gunung Kembang Kec. Kikim Timur Kab. Lahat. 

Pulau Harapan, 23 Oktober 2021

Tidak ada komentar:

Posting Komentar